Melawan DBD Di Tengah Keterbatasan Alat Fogging, 6 Warga Inhil Dinyatakan Meninggal Dunia

Melawan DBD Di Tengah Keterbatasan Alat Fogging, 6 Warga Inhil Dinyatakan Meninggal Dunia
Dinkes Indragiri Hilir bersama Puskesmas melakukan fogging dalam pencegahan DBD di Kecamatan Tembilahan Hulu, Rabu (21/5/2025).

Indragiri Hilir, Terbilang.id - Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, kian mengkhawatirkan. Hingga pertengahan Mei 2025, tercatat 211 kasus DBD, naik signifikan dari 197 kasus di awal bulan, dengan enam korban jiwa akibat penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti.

Kepala Dinas Kesehatan Inhil, Rahmi Indrasuri, menjelaskan lonjakan kasus sudah mulai terasa sejak Februari 2025, dan status Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan sejak Maret. Namun, keterbatasan alat pengasapan menjadi kendala utama penanganan.

“Saat ini hanya tersedia tiga unit alat fogging yang masih berfungsi dari sebelumnya enam hingga tujuh unit. Alat yang tersisa harus digilir ke puskesmas dengan lonjakan kasus tinggi,” ujar Rahmi, Senin (19/5/2025).

Lima kecamatan dengan kasus DBD tertinggi di kabupaten Inhil yaitu:

  • Sungai Guntung (Kateman)

  • Tembilahan Hulu

  • Pulau Burung

  • Kempas Jaya

  • Kota Baru Keritang

Sungai Guntung menjadi wilayah dengan dampak terparah.

Kepala Dinas Kesehatan Inhil, Rahmi Indrasuri, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengerahkan tim ke lapangan untuk melakukan penyelidikan epidemiologi dan vektor di radius 100 hingga 200 meter dari rumah pasien. Jika dalam proses tersebut ditemukan warga yang mengalami gejala demam mencurigakan atau terdapat penampungan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, maka Dinkes langsung melakukan tindakan cepat berupa fogging dan pemberian bubuk abate untuk memutus rantai penularan.

“Kami tak hanya fokus pada pengasapan, tapi juga pada deteksi dini kasus baru dan pemberantasan sarang nyamuk di titik-titik rawan,” tegas Rahmi.

Langkah ini menjadi bagian penting dari strategi Dinas Kesehatan Inhil dalam menangani lonjakan kasus DBD di tengah keterbatasan alat dan sumber daya. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Inhil, Rahmi Indrasuri, menegaskan bahwa pelaksanaan fogging tidak dapat dilakukan sembarangan. Ia menjelaskan, fogging hanya efektif untuk membunuh nyamuk dewasa, bukan jentik nyamuk, sehingga langkah ini harus dibarengi dengan kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara masif.

“Kami mengedepankan gerakan 3M Plus, yaitu : menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah-wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta memanfaatkan ikan pemakan jentik dan obat nyamuk,” jelas Rahmi.

Menanggapi lonjakan kasus DBD, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) kini tengah memperkuat koordinasi lintas sektor untuk menekan laju penyebaran penyakit tersebut, terutama menjelang puncak musim hujan yang rawan meningkatkan populasi nyamuk Aedes aegypti.

Langkah ini mencakup sinergi antara Dinas Kesehatan, kecamatan, puskesmas, perangkat desa, dunia pendidikan, dan pihak swasta untuk mempercepat upaya pencegahan dan penanganan.

“Kunci pengendalian wabah bukan hanya pada intervensi medis, tetapi juga pada edukasi dan keterlibatan aktif seluruh lapisan masyarakat,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Inhil, Rahmi Indrasuri.

Situasi kian kompleks karena keterbatasan alat fogging. Beberapa desa seperti Kempas, Guntung, dan Pelangiran bahkan terpaksa meminjam alat fogging dari perusahaan swasta setempat. Untuk itu, Dinas Kesehatan telah mengajukan permohonan pengadaan 15 unit alat fogging baru kepada Bupati Indragiri Hilir guna mengoptimalkan respons lapangan.

“Idealnya, setiap puskesmas memiliki minimal satu unit fogging. Kami tak bisa terus bergantung pada unit yang jumlahnya terbatas,” katanya.

Di sisi lain, Rahmi menekankan bahwa upaya pemerintah tidak akan berhasil tanpa partisipasi aktif masyarakat.

“Tanpa kesadaran dan peran serta semua pihak, penanganan DBD tidak akan maksimal. Kami mengajak seluruh warga untuk aktif menjaga kebersihan lingkungan sebagai bentuk kewaspadaan bersama,” pungkasnya.

Pemkab Inhil gencar melakukan sosialisasi tentang bahaya DBD, cara mengenali gejalanya, serta pentingnya gerakan PSN dan 3M Plus. Pemerintah daerah juga mendorong peran serta masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan segera melapor ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala demam tinggi mendadak, nyeri otot, atau ruam kulit.

Dengan upaya kolaboratif ini, diharapkan rantai penularan dapat segera diputus dan angka kematian akibat DBD dapat ditekan secara signifikan. (*)