Tak Lagi Punya Perayaan Hari Raya Iduladha, Gaza Kini Dalam Bayang - Bayang Perang

Gaza, Terbilang.id - Di saat gema takbir semestinya menyelimuti bumi dengan kedamaian, suara ledakan dan isak tangis justru masih mendominasi langit Gaza. Warga Palestina hari ini memperingati Iduladha, mengikuti penetapan hari raya oleh Arab Saudi. Namun tak ada perayaan. Yang ada hanya kesunyian yang mencekam dan kesedihan yang terus berlangsung tanpa jeda.
Ratusan warga Gaza tetap menunaikan salat Iduladha, sebagaimana dilaporkan koresponden kantor berita Palestina, WAFA. Mereka salat di antara puing bangunan, di tenda-tenda pengungsian, di tanah terbuka yang bahkan tidak menjanjikan rasa aman.
Tak ada baju baru, tak ada makanan khas hari raya, apalagi hewan kurban. Zionis Israel secara terang-terangan melarang masuknya hewan kurban ke wilayah Gaza. Blokade ketat dan agresi militer yang tak kunjung berhenti telah memadamkan seluruh cahaya perayaan.
“Bahkan di hari suci seperti ini, kami masih dibombardir. Apa salah kami?” ucap seorang warga, suaranya nyaris tenggelam di antara sirine dan jeritan anak-anak.
Iduladha, yang seharusnya menjadi lambang pengorbanan dan kasih sayang, kini berubah menjadi potret penderitaan yang terus diulang. Anak-anak Gaza tak lagi melihat domba, tak lagi merasakan manisnya hari raya. Mereka hanya tahu bahwa setiap suara keras bisa berarti kematian.
Di Jalur Gaza, Iduladha bukan lagi hari raya. Ia menjadi hari berkabung yang sunyi. Sebuah pengingat bahwa dunia masih jauh dari keadilan, dan bahwa iman di Gaza bukan sekadar keyakinan spiritual, tapi juga bentuk keberanian untuk terus hidup dalam ketidakpastian dan penderitaan.
Selama tiga bulan terakhir, tak ada daging segar yang masuk ke Jalur Gaza. Semua hewan ternak Seperti : domba, kambing, dan sapi hampir punah akibat serangan udara dan darat Israel. Yang tersisa di kandang darurat hanya beberapa ekor dengan harga yang tak terjangkau bagi rakyat yang bahkan tak sanggup membeli sepotong roti.
Iduladha seharusnya menjadi perayaan pengorbanan. Namun di Gaza, pengorbanan itu bukan lagi sebuah simbol melainkan kenyataan sehari-hari. Gaza telah memberi semuanya: rumah, tanah, makanan, harapan. Kini, bahkan hari raya pun hanya bisa mereka rayakan dengan diam dan doa yang lirih. (*)