Tumbuh 9,6 Persen Kuartal I 2025, Penerimaan Bea dan Cukai Capai Rp77,5 Triliun

Tumbuh 9,6 Persen Kuartal I 2025, Penerimaan Bea dan Cukai Capai Rp77,5 Triliun
Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Askolani

Jakarta, Terbilang.id - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan mencatatkan penerimaan negara sebesar Rp77,5 triliun sepanjang Kuartal I tahun 2025. Capaian ini setara dengan 25,7 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang ditetapkan sebesar Rp301,6 triliun, serta mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 9,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Askolani, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan signifikan dari Bea Keluar (BK) dan Cukai, meski penerimaan dari Bea Masuk (BM) mengalami penurunan.

“Penerimaan negara melalui Bea dan Cukai sangat bergantung pada aktivitas ekspor-impor, harga komoditas, serta kebijakan fiskal yang berlaku,” ujar Askolani dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (7/5/2025).

Bea Masuk Tertekan, Terdampak Impor dan Insentif EV

Penerimaan dari Bea Masuk tercatat sebesar Rp11,3 triliun, atau hanya 11,3 persen dari target tahunan. Angka ini mengalami penurunan 5,9 persen dibandingkan Kuartal I 2024.

Askolani menjelaskan, turunnya Bea Masuk dipengaruhi oleh tidak adanya alokasi impor beras untuk Perum Bulog pada tahun ini serta insentif pembebasan bea masuk kendaraan listrik (EV) yang menekan penerimaan dari sektor otomotif, meskipun volume impor EV mengalami kenaikan.

Bea Keluar Melonjak Berkat CPO

Sementara itu, Bea Keluar menyumbang Rp8,8 triliun, mencatat lonjakan lebih dari 1.100 persen secara tahunan, seiring meningkatnya harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) di pasar global. Namun demikian, ekspor tembaga mengalami penurunan tajam sebesar 76,6 persen, yang menunjukkan ketergantungan sektor tertentu terhadap fluktuasi pasar global.

Cukai Masih Didominasi Produk Tembakau

Penerimaan Cukai menyumbang Rp55,7 triliun, didominasi oleh Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang tumbuh 5,6 persen dari tahun lalu. Pertumbuhan ini didorong oleh percepatan pelunasan cukai menjelang Idulfitri, meski volume produksi rokok turun 4,2 persen.

Tantangan dan Prospek

Kinerja positif DJBC pada awal 2025 menjadi sinyal kuat bahwa strategi penerimaan negara masih berjalan efektif, meskipun dihadapkan pada tekanan dari dinamika perdagangan global dan kebijakan insentif fiskal.

“Capaian ini tentu patut diapresiasi, namun tetap perlu diwaspadai faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi realisasi di kuartal-kuartal selanjutnya,” pungkas Askolani. (*)