Sebagai Pemimpin G20, Restorasi Mangrove adalah salah satu Program Indonesia dalam mitigasi Perubahan Iklim

Sebagai Pemimpin G20, Restorasi Mangrove adalah salah satu Program Indonesia dalam mitigasi Perubahan Iklim
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedang Upayakan Restorasi Mangrove

Bali,  Terbilang.id -  Sebagai Ketua atau Presidensi G20 2022, Indonesia juga memimpin negara G20 dalam program restorasi mangrove untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebagai bagian dari agenda mitigasi perubahan iklim.

"Kita fokus dengan rehabilitasi pelestarian mangrove ini karena Indonesia bukan hanya ikut dalam agenda perubahan iklim, tapi kita memimpin presidensi G20, dan ini merupakan komitmen Indonesia," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHKl), Siti Nurbaya,  Sabtu (3/9/2022)

Menteri Siti menjelaskan, saat ini luas lahan mangrove di Indonesia mencapai 22,6 persen dari total keseluruhan dunia.

Oleh karena itu, restorasi mangrove di berbagai wilayah menjadi komitmen dalam kepemimpinan Indonesia pada Presidensi G20.

“Rehabilitasi mangrove merupakan salah satu fokus pembahasan dalam G20, bersamaan dengan restorasi hutan gambut, serta restorasi lahan-lahan kritis di Indonesia,” katanya.

Menurut Menteri Siti, mangrove dapat berkontribusi hingga sekitar 60 persen dalam pemenuhan target netral karbon atau net-zero emission.

Selain itu, mangrove mempunyai kemampuan menyimpan cadangan karbon empat sampai lima kali lebih besar dari tanaman hutan di daratan, sehingga, semakin banyak lahan mangrove yang dibuka maka semakin membantu pengendalian iklim.

“Keberhasilan pengelolaan mangrove seperti di Bali telah memberikan gambaran pembangunan Indonesia, dengan prinsip keseimbangan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan,” imbuhnya.

Dia berharap semua pemangku kebijakan dan pihak - pihak terkait dapat memberikan edukasi kepada masyarakat atas pentingnya mangrove, bersamaan dengan pemerintah mengajak masyarakat untuk melakukan restorasi mangrove di berbagai wilayah.

Contohnya di Pantai Tirang Semarang, sembilan titik di Jawa Tengah, maupun Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

"Karena memang jika mangrove ini terjaga, keuntungannya akan kembali kepada masyarakat. Misal saja Tahura (taman hutan rakyat) Ngurah Rai ini, selain menjadi destinasi wisata, juga memacu pertumbuhan ekonomi lokal," katanya menandaskan.

Penulis : Didi Hasriadi