Gelar FGD Bersama Fitra Riau, Cipayung Plus Desak DPRD Riau Bentuk Pansus Defisit Rp1,76 Triliun

Pekanbaru, Terbilang.id - Koalisi Cipayung Plus Riau bersama sejumlah elemen mahasiswa mendesak DPRD Provinsi Riau segera membentuk Panitia Khusus (Pansus) guna mengusut defisit anggaran APBD tahun 2024 yang mencapai Rp1,76 triliun.
Desakan ini mengemuka usai digelarnya Focus Group Discussion (FGD) bersama Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra Riau), Jumat (18/7/2025), yang menghadirkan langsung Koordinator Fitra Riau, Tarmizi.
FGD tersebut menjadi rangkaian konsolidasi gerakan mahasiswa dan aktivis sejak dua bulan terakhir dalam merespons temuan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI yang menyingkap indikasi serius dalam tata kelola anggaran Pemprov Riau.
“Kami bergerak bersama Cipayung Plus, BEM se-Riau, dan BEM Nusantara. Defisit ini berdampak langsung terhadap masyarakat dan pembangunan. Ini bukan isu kecil,” tegas Wiryanto Aswir, Ketua Umum HMI Badko Riau-Kepri.
Wiryanto juga menyinggung sikap Ketua DPRD Riau yang dinilai inkonsisten. Awalnya menyatakan mendukung pembentukan Pansus, namun belakangan beralasan penundaan karena keterbatasan anggaran.
“Ini kontradiktif dan menimbulkan tanda tanya besar. Kami akan kaji dan kawal terus,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua IMM Riau, Alpin Jarkasi Harahap, menyebut DPRD tidak cukup serius menanggapi keresahan masyarakat.
“Aksi dan pernyataan sudah kami sampaikan, bahkan pada 4 Juli lalu ada papan bunga sebagai bentuk simbolik. Tapi Ketua DPRD malah menyampaikan dua pernyataan berbeda. Ini mencederai kepercayaan publik,” ujarnya.
Koalisi menegaskan akan segera mendatangi DPRD Riau secara langsung untuk menuntut kejelasan.
“Kalau terus abai, kami akan datang. DPRD digaji untuk mengawasi anggaran, bukan menghindari tanggung jawab,” tegas Alpin.
Menurut Cipayung Plus, defisit bukan semata urusan teknis fiskal, melainkan soal tanggung jawab moral dan politik dari para wakil rakyat. Mereka memastikan akan terus mengawal isu ini sampai Pansus benar-benar terbentuk dan bekerja secara transparan.
“Ini bukan akhir, tapi awal dari gerakan yang lebih besar,” tutup Wiryanto. (*)