Pertumbuhan Terus Memburuk, Negara Thailand Terancam Resesi Ekonomi

Pertumbuhan Terus Memburuk, Negara Thailand Terancam Resesi Ekonomi
Ilustrasi Bentuk Resesi Ekonomi (Invesbro.Istimewa)

Bangkok, Terbilang.id - Ekonomi Thailand di ujung tanduk gara-gara utang rumah tangga yang membengkak. Hal ini Terungkap Setelah, Wakil Menteri Keuangan Thailand Julapun Amornvivat mengatakan kepada publik bahwa ekonomi Thailand berada dalam resesi karena tingginya tingkat utang rumah tangga.

Ini meningkatkan tekanan pada bank sentral Thailand untuk menurunkan suku bunga.

Julapun mengatakan pemerintah akan berkomitmen untuk melaksanakan rencana pemberian dana sebesar 500 miliar baht atau setara US$ 14 miliar yang akan ditransfer masing-masing sebesar 10.000 baht atau US$ 281 kepada 50 juta warga Thailand. Ia berharap, penundaan dalam peluncuran program ini tidak akan lama.

Wakil Kementerian Keuangan tersebut, mengatakan kebijakan suku bunga Thailand, yang saat ini berada pada tingkat tertinggi dalam satu dekade belakangan yaitu sebesar 2,50%, hal ini seharusnya diturunkan pada tinjauan kebijakan bank sentral berikutnya pada tanggal 7 Februari untuk membantu menurunkan biaya pinjaman yang tinggi.

“Angka tersebut harus diturunkan karena tingginya tarif sekarang menjadi beban kepada masyarakat. Saat ini Masyarakat tidak dapat bertahan hidup,” katanya seperti dikutip Reuters, Senin (29/1).

Julapun juga mengatakan Pemerintahan Thailand berencana menerbitkan obligasi di luar negeri dalam satu atau dua tahun ke depan dalam bentuk dolar, yuan dan yen untuk menciptakan tolok ukur bagi dunia usaha untuk mengumpulkan dana. Akan ada penjualan obligasi tabungan pemerintah senilai sekitar 100 miliar baht atau US$ 2,8 miliar pada tahun fiskal 2024, dengan batch pertama sebesar 40 miliar baht yang dilakukan pada bulan Maret.

“Kalau ditanya, sekarang sudah pada level berbahaya. Semacam resesi ekonomi,” kata Julapun seraya menambahkan situasi tersebut didorong oleh tingginya beban utang rumah tangga dan sektor swasta.

Pemerintah Thailand juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 menjadi 1,8% dari 2,7%, di bawah pertumbuhan tahun 2022 sebesar 2,6%.

Produk domestik bruto (PDB) resmi Thailand tahun 2023 akan dirilis oleh badan perencanaan tersebut pada 19 Februari.

“Sulit untuk mendorong perekonomian maju. Itu sebabnya kita melihat pertumbuhan ekonomi selalu lamban," imbuhnya.

Sedangkan Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin juga turut mendesak bank sentral untuk segera menurunkan suku bunga demi membantu negara dengan kondisi perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara yang sedang mengalami krisis.

Menanggapi hal itu, Gubernur Bank Sentral Thailand Sethaput Suthiwartnarueput, yang mendapat kecaman dari perdana menteri karena tidak menurunkan suku bunga meskipun inflasi negatif, mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa pertumbuhan ekonomi hanya lebih lambat dari perkiraan sebelumnya namun perekonomian sebetulnya tidak berada dalam krisis.

"kebijakan suku bunga saat ini secara umum netral". Pungkasnya dikutip Reuters

Penulis : Didi Hasriadi