Izin Keluar Camp Untuk Buang Air, Pekerja HTI Di Pelalawan Tewas Diterkam Harimau Sumatera

Izin Keluar Camp Untuk Buang Air, Pekerja HTI Di Pelalawan Tewas Diterkam Harimau Sumatera
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).

Pelalawan, Terbilang.id - Seorang pekerja harvesting perusahaan hutan tanaman industri (HTI) di kawasan Semenanjung Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, tewas diserang Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Insiden tragis ini terjadi di area konsesi milik Pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH). pada Selasa malam (24/6/2025)

Korban, Hadito, diketahui tengah beristirahat di dalam camp apung perusahaan sebelum keluar sekitar 15 meter untuk buang air. Tak lama kemudian, rekan-rekannya mendengar teriakan dari arah luar camp.

“Saksi menemukan celana dan ponsel korban, namun tubuh korban tidak ditemukan di lokasi. Setelah pencarian, korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dengan luka gigitan dan cakaran harimau di leher dan punggung kanan,” ujar Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, Ujang Holisudin, Kamis (26/6/2025).

Korban ditemukan sekitar 100 meter dari titik awal serangan, di dalam kawasan Petak Ukur Permanen (PUP). Jenazah sempat dievakuasi ke klinik distrik dan Puskesmas Teluk Meranti, sebelum akhirnya dirujuk ke RS di Pekanbaru untuk penanganan lebih lanjut.

Menindaklanjuti kejadian ini, BBKSDA Riau langsung menerjunkan Unit Penyelamatan Satwa (UPS) ke lokasi. Tim melakukan identifikasi dan mendokumentasikan kondisi lapangan, termasuk temuan jejak Harimau Sumatera di sekitar area kejadian.

“Ditemukan pula jejak kaki yang mengindikasikan keberadaan dua individu gajah. Ini memperkuat bahwa kawasan tersebut merupakan habitat aktif satwa liar dilindungi, termasuk harimau dan gajah,” jelas Ujang.

BBKSDA Riau telah berkoordinasi dengan pihak Polsek Teluk Meranti dan perusahaan pemegang konsesi untuk melakukan mitigasi. Termasuk sosialisasi kepada pekerja mengenai cara menghadapi konflik satwa liar serta pentingnya tidak memburu satwa mangsa harimau seperti rusa dan babi hutan.

Ujang menegaskan bahwa insiden ini mencerminkan pentingnya pendekatan keseimbangan antara perlindungan satwa liar dan keselamatan manusia, terutama di wilayah dengan tingkat interaksi tinggi antara manusia dan habitat satwa dilindungi. (*)